Selasa, 12 Januari 2016

Menanamkan Cinta Ilmu Pada Anak Usia Dini (PAUD) Oleh: Maulidina Niharotul Izzah


Ilmu merupakan esensi yang penting dalam kehidupan manusia. Istilah Ilmu dalam pengertiaan klasik yaitu pengetahuan tentang sebab-akibat. Atau asal-usul. Istilah pengetahuan biasanya dilawankan dengan opiini, sedang istilah sebab diambil dari kata yunani yaitu “aitia”, yakni prinsip pertama.[1] Bahkan ketika nabi Adam pertama diturunkan dibumi pun telah diajarkan ilmu-ilmu baru mengenai nama banyak hal. Ilmu pengetahuan memiliki banyak arti dan cabang, namun secara epistimologis keilmuan pada hakikatnya gabungan antara berpikir secara rasional dan secara empiris.[2]
Dalam alqur’an juga telah disebutkan kemuliaan ilmu yang hendaknya dimilikin oleh setiap orang. Sehingga dengan adanya ilmu menjadikan manusia lebih unggul derajatnya dibanding makhluk-makhluk lain guna menjalankan tugas manusia sebagai khalifah di bumi. Menurut Al-ghazali dalam bukunya Mi’yar al­-alm bahwa Ilmu adalah salinan (yang tehasilkan dalam mental obyek) yang sesuai dengan objek ilmu. Dalam bukunya yang lain ia mengemukakan bahwa ilmu adalah rumusan tentang sampainya hakikat ke dalam Hati.[3] Dengan demikian kita bisa melihat bahwasanya ilmu merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
 Ilmu harusnya dipupuk sejak anak di usia sedini mungkin, bahkan sejak ia dalam masa kandungan. Karena pada masa itu lah tulang nya mulai dibentuk, jiwa nya mulai di bangun dan ruhnya mulai ditiupkan. Maka sangat baik jikalau sang ibu memulai menanamkan ilmu kepada anak. Anak di usia dini merupakan masa yang sangat krusial dalam menerima dan memahami sesuatu. Hendaknya orang tua sebagai “madrasah utama” mendampingi setiap tumbuh kembang serta memberikan pengetahuan yang baik untuk  masa depan si anak. Selain orang tua, ada pula jenjang pendidikan formal pertama bagi anak usia dini atau yang biasa disebut PAUD untuk rentang usia 1-4 tahun. Dengan didampingi orang tua masing-masing anak. Disana anak diajarkan mengenai hal yang baru bagi mereka. Serta untuk menumbuhkan jiwa sosial anak untuk berinteraksi dengan yang lain. Dalam proses pengajaran anak PAUD, banyak metode yang digunakan, seperti bermain sambil belajar bernyanyi, menggambar dan yang lain nya. Dengan tujuan membuat anak nyaman dan senang dalam menerima ilmu baru yang disampaikan oleh guru. Pola pendidikan anak PAUD berbeda tentunya dengan jenjang pendidikan formal yang lain. Anak dalam usia PAUD adalah masa dimana ia mudah menerima sesuatu yang baru.
Islam sebagaimana dijelaskan dalam puluhan ayat Al-quran mendudukan ilmu dan para ilmuwan di tempat yang terhormat. Ini tidak terlepas dari peran dan fungsi ilmu. Ilmu jelas modal dasar bagi seseorang dalam memahami berbagai hal baik terkait urusan duniawi ataupun ukhrowi.
  Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.[4] (Al-Mujadalah: 11)
Selain menganjurkan kita untuk menuntut ilmu, Allah juga memerintahkan kita untuk senantiasa menambah ilmu pengetahuan tersebut. Dalam pembukaan Bidayah al-Hidayah (awal tumbuhnya hidayah) Imam Al-Ghazali menulis, “sesungguhnya hidayah-yang merupakan buah dai ilmu- mempunyai pangkal (bidayah) dan ujung (nihayah), yang tampak (zhahir) dan tersembunyi (bathin). Tidak mungkin sampai ke ujungnya sebelum memantapkan pangkalnya. Tidak akan mengerti bathin nya sebelum menyaksikan terhadap zhahirnya[5]”.
            Disini kita sudah mengetahui akan pentingnya menuntut ilmu dan pandangan islam terhadap ilmu. Maka sebagai umat muslim hendanya kita menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Allah swt.
Namun dalam tahapannya, proses pendidikan anak usia dini memiliki guru terpenting dikehidupannya sebelum di sekolah, yaitu pendidikan orang tua. Karena bagaimanapun juga sebelum mengenal masyarakat luas, anak akan dahulu belajar langsung dari keluarga dan orangtua nya. Di dalam rumah, orang yang sangat berperan aktif menjadi guru bagi anak adalah ibu. Ibu merupakan orang yang pertama kali sebagai pendidikan anak. Karena ibu ibarat sekolah, jika ibu mempersiapkan anak, berarti ibu telah mempersiapkan generasi yang kokoh dan kuat[6]. Dengan begitu semakin banyak ibu yang berbenah diri dan mendidik anak nya dengan cara yang baik, makan anak akan siap dalam menghadapi fase-fase kehidupan selanjutnya.
Itulah sebabnya pendidikan dalam keluarga disebut pendidikan yang pertama dan utama, serta merupakan peletak fondasi dari watak dan pendidikan anak ( Wahjoetomo, 1997) oleh karena itu konsep pendidikan islam perlu diterapkan pula dalam keluarga yang menjadikan keluarga dan orang tua sebagai fondasi dasar terhadap lembaga pendidikan sekolah atau luar sekolah dalam masyarakat.
Dalam bukunya, Nur Kholis Madjid mengatakan bahwa jika disimak lebih mendalam petunjuk-petunjuk ilahi, maka dapat ditarik kesimpulan betapa pentingnya hubungan orang tua dan anak dalam hidup ini. Pendidikan anak tidak harus menggunakan cara-cara konvensional, anak harus diperkenalkan dinamika perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Pemahaman yang sempit akan menjadikan anak bersikap tertutup dan kesulitan menghadapi kenyataan hidup. Menurutnya, penanaman akhlak tidak akan berhasil dengan baik jika tidak dibekali ilmu pengetahuan yang dapat bersaing dengan kemajuan zaman.[7]
Maka dari itu sejak anak di usia dini orang tua sebagai pendamping dan guru sebagai pengajar hendaknya menanamkan nilai kecintaan ilmu di dalam diri mereka sehingga bisa bermanfaat di masa yang akan datang.




[1] Drs. Rizal Mustansyir M. Hum, Drs Misnal Munir M.Hum, FILSAFAT ILMU, Pustaka pelajar offset, januari 2013
[2] Pdf. Roziq Syaifudin. EPISTIMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF AL-GHAZALI DAN FAZLUR RAHMAN
[3] Pdf. Ibid hal. 296
[4] QS. Al-Mujadalah. 11
[5] Imam Al-Ghazali, bidayah al-hidayah dalam  Tadris, Mulyono, Kedudukan Ilmu dan Belajar dalam Islam pdf, UIN Malang, hal. 4
[6] Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, At-Tarbiyah Al-Islamiyah, (Kairo, Darul Qouniyah, 1964) hlm. 116 dalam Khanif , Mohammad (2013) Peran Orang Tua dalam Menanamkan Pendidikan Agama Islam pada Anaknya (Studi di SMP Annindlomiyah Desa Wonorejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal). Undergraduate (S1) thesis, IAIN Walisongo hlm. 1

[7] Nur Kholis Madjid, Masyarakat Religius, Jakarta 2000 hlm. 81 dalam ibid.. hlm. 3



Tidak ada komentar:

Posting Komentar